SEJARAH FILSAFAT
IKHTISAR SEJARAH
FILSAFAT
A. FILSAFAT INDIA
Cara berpikir india diuraikan dengan baik o9leh
filsuf dan sastrawan Rabindranath Tagore (1861-1941). Menurut Tagore, filsafat
india berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia
dengan alam, harmoni antara individu dengan kosmos. Harmoni harus disadari
supaya dunia tidak dialami sebagai tempat keterasingan, sebagai penjara.
Seorang anak di india harus belajar bahwa ia karib dengan semua benda, dengan dunia
sekelilingnya, bahwa ia harus menyambut air yang mengalir dalam sungai, tanah
subur yang memberi makanan, dan matahari yang terbit. Orang india tidak belajar
untuk ”menguasai” dunia, melainkan untuk ”berteman” dengan dunia.
Filsafat india di bagi atas lima periode besar
yaitu:
Zaman Weda
(2000-600SM)
|
|
Zaman Skeptisisme
600 SM-300 M)
|
|
Zaman Puranis
(300-1200)
|
|
Zaman Muslim
(1200-1757)
|
|
Zaman Modern
(setelah 1757)
|
|
Þ Zaman
Weda
Bangsa arya masuk ke india bagia
utara, sekitar 1500 SM. Literatur suci mereka adalah disebut Weda, yang terdiri
dari Samhita, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. Samhita memuat Rigweda (kumpulan
pujian-pujian), samaweda (himne-himne liturgis), yajurweda (rumus-rumus
korban), dan Artharwaweda (rumus-rumus magis0. komentar-komentar pada semua itu
disebut brahmana, Arnyaka, dan Upanisad, yang sepanjang sejarah india akan
merupakan sumber yang sangat kaya untuk inspirasi dan pembaharuan.
Suatu tema yang sangat menonjol
dalam Upanisad adalah ajatan tentang hubungan antara atman dengan brahmana.
Atman adalah segi subyektif dari kenyataan, ”diri” manusia. Brahmana adalah
segi obyektif , makrokosmos, alam semesta. Upanisad mengajarkan bahwa atman dan
brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan (moksa,mukti) kalau
ia menyadari identitas Atman dan Brahman.
Þ Zaman
Skeptisisme
Sekitar tahun 600 SM mulai suatu
reaksi, baik terhadap ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi
berhubungan dengan korban para rahib. Para imam mengajarkan ketaatan pada huruf
kitab suci, tetapi ketaatan itu mengganggu kebaktian kepada dewa-dewa. Para
rahib mengajarkan suatu metafisika yang juga tidak sampai ke hati orang biasa.
Reaksi datang dalam banyak bentuk. Yang terpenting diantaranya adalah
Buddhisme, ajaran dari pangeran Gautama Budha, yang memberikan pedoman praktis
untuk mencapai keselamatan. Buddhisme sangat konkret, mengajarkan bagaiamana manusia
dapat mengarungi penderitaannya dan bagaiamana ia mencapai terang budi yang
membawa keselamatan.
Reaksi lainnya adalah Jainisme
dari Mahawira Jina. Disamping itu mulai juga kebaktian yang lebih eksklusif
kepada Siwa dan Wisnu, dua bentuk agama yang lebih menarik daripada ritualisme
dan spekulasi dari para imam dan para rahib.
Sebagai kontra-reformasi, muncul
dalam Hinduisme resmi enam sekolah ortodoks (disebut ”ortodoks” karena
Buddhisme dan Jainisme, yang tidak berdasarkan Weda, dianggap bidah). Keenam
sekolah ini, Saddharsana, adalah Nyaya, Waisestika, Samkhya, Yoga,
Purwa-Mimamsa, dan Ynana (atau Uttara-Mimamsa). Yang terpenting dari
sekolah-sekolah ini adalah Samkhya dan Yoga. Yoga dari kata Juj ’menghubungkan’, mengajarkan suatu jalan (marga) untuk mencapai kesatuan dengan ilah.
Samkhya (artinya ’jumlah’, ’hitungan’) adalah dharsana yang paling tua, yang
mengajarkan sebagai tema terpenting hubungan jiwa-alam, kesadaran-materi,
purusa-prakriti.
Þ Zaman
Puranis
Setelah tahun 300, Buddhisme mulai
lenyap dari india. Buddhisme sekarang lebih penting dari negara-negara tetangga
daripada di india sendiri. Pemikiran india dalam abad pertengahannya dikuasai
oleh spekulasi teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa. Banyak contoh
cerita tentang inkarnasi dewa-dewa terdapat dalam dua epos besar, mahabrata dan
ramayana.
Þ Zaman
Muslim
Dua nama menonjol dalam periode
muslim, yaitu nama pengarang syair Kabir, yang mencoba untuk memperkembangkan
suatu agama universal, dan nama guru nanak (pendiri aliran Sikh), yang mencoba
menyerasikan islam dan hinduisme.
Þ Zaman
Modern
Zaman modern, zaman pengaruh
inggris di india, mulai tahun 1757. periode ini memperlihatkan perkembangan
kembali dari nilai-nilai klasik india, bersamaan dengan pembaharuan sosial. Nama-nama
penting dalam periode ini adalah raja Ram Mohan Roy (1772-1833) yang
mengajarkan suatu monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu moral berdasarkan
Khotbah di bukit dari injil, Vivekananda (1863-1902) yang mengajarkan bahwa
semua agama benar tapi bahwa agama hindu paling cocok untuk india,Gandi
(1869-1941) sang pengarang syair dan pemikir religius yang membuka pintu untuk
ide-ide dari luar.
Sejumlah pemikir india zaman
sekarang melihat banyak kemungkinan untuk dialog antara filsafat timur dan filsafat
barat. Radhakrishnan (1888-1875) (antara
lain guru besar filsafat di calcuta dan oxford), mengusulkan pembongkaran
batas-batas ideologis untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani, yang
dapat berguna sebagai pola berpikir masa depan seluruh dunia.
Pemikir-pemikir lain tidak begitu
optimis tentang kemungkinan ini. Menurut mereka, perbedaan-perbedaan antara
corak berpikir ”Timur dan corak berpikir barat terlalu besar untuk mengadakan
suatu interaksi, dalam arti ”saling melengkapi”. Filsafat india dapat belajar
dari intuisi timur mengenai kesatuan dalam kosmos dan mengenai identitas
mikrokosmos dan makrokosmos. Filsafat barat mungkin terlalu duniawi, filsafat
timur mungkin terlalu mistik
B. FILSAFAT CHINA
Tema pokok dari filsafat dan
kebudayaan china adalah perikemanusiaan. Pemikiran china lebih antroposentris
dari pada filsafat india dan filsafat barat. Filsafat china juga lebih
pragmatis: selalu diajarkan bagaimana manusia harus bertindak supaya
keseimbangan antara dunia dan surga tercapai.
Ketika kebudayaan yunani masih
berpendapat bahwa manusia dan dewa-dewa semua di kuasai oleh suaru nasib buta
(moira), dan ketika kebudayaan masih mengajarkan bahwa kita di dunia ini
tertahan dalam roda reinkarnasi yang terus menerus, maka di china sudah di ajarkan
bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan tujuannya.
Filsafat china dibagi atas empat periode besar
yakni:
Zaman Klasik
600-200 SM
|
Zaman seratus sekolah filsafat, dengan-sebagai sekolah-sekolah
terpenting, konfusanisme, taoisme, yin-yang, moisme, dialektik dan legalisme
|
Zaman Neo-taoisme dan
Buddhisme (200SM-1000M)
|
|
Zaman Neo-konfusianisme
(1000M-1900M)
|
|
Zaman Modern
Setelah 1900
|
Pengaruh filsafat barat, renaisans dari filsafat klasik china, marxisme,
dan moisme.
|
Þ Zaman Klasik
Di chian, seperti di yunani, zaman klasik terletak antara sekitar tahun 600
dan 200 SM. Menurut tradisi, dalam periode ini dibedakan seratus sekolah
filsafat, seratus aliran yang semua mempunyai ajaran yang berbeda. Namun, dalam
pluformitas ini sekurang-kurangnya kelihatan sejumlah konsep yang di pentingkan
secara umum. Konsep-konsep seperti misalnya Tao (jalan), Te (keutamaan atau
seni hidup), yen (perikemanusiaan), Ti’en 9surga) dan Yin-yang (harmoni kedua
prinsip induk, prinsip aktif laki-laki dan prinsip pasif perempuan).
Sekolah-sekoalh terpenting dalam zaman klasik diuraikan secara ringkas sebagai
berikut.
ü Konfusianisme
Konfius (bentuk latin dari nama ”kong-fu-tse” yang
berarti guru dari suku kung) hidup antara 551dan 497 SM. Ia mengajarkan bahwa Tao (jalan, sebagai prinsip utama dari
kenyataan) adalah ”jalan manusia”. Artinya manusia sendirilah yang dapat
menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau
ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang di butuhkan. Kebaikan
hidup dapat di capai melalui perikemanusiaan. Perikemanusiaan, yen, merupakan suatu model yang berlaku
untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka
berbeda.
ü Taoisme
Taoisme diajarka oleh Lao tse (guru tua) yang hidup
sekitar tahun 550SM. Lao Tse melawan konfusius. Menurut lao Tse, bukan ”jalan
manusia” melainkan ”jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse
adalah prinsip kenyataan obyektif, substansi abadi yang bersifat tunggal,
mutlak, dan tak ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisik, sedangkan
ajaran konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika taoisme adalah kesadaran
bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di
india (ajaran neti, na-itu : tidak begitu) dan dalam filsafat barat (dimana
kesadaran ini disebut docta ignorantia; krtidaktahuan yang berilmu)
ü Yin-yang
Ajaran lain yang penting adalah sekolah yang
mementingkan keseimbangan Yin dan Yang, kedua pronsip induk dari seluruh
kenyatan. Yin itu prinsip pasif,
prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan
untuk yang dingin. Yang itu prinsip
aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api dan laki-laki, simbol untuk hidup dan
untuk yang panas. Segalah sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis
harmonis dari derajat Yin tertentu
dan derajad Yang tertentu.
ü Moisme
Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500 dan
400 SM. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah ”cinta universal”,
kemakmuran untuk semua orang,dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan
kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung terarah yang berguna.
Segalah sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat dan
menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi Mo Tse juga
melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna dan, oleh karenanya, jelek.
Etika Mo Tse mengenai suatu prinsip yang antara lain dalam agama kristen
disebut ”kaidah emas” : setiap orang harus memperlakukan negara-negara asing
seperti tanah airnya sendiri, keluarga-keluarga lain seperti keluarga nya
sendiri, orang lain seperti dirinya sendiri. Perintah ini cukup untuk mencapai
kebahagiaan dan kemakmuran umum.
ü Ming Chia
Ming Chia atau ”sekolah nama-nama” menyibukan diri
dengan analisis istilah-istilah dan perkataan-perkataan. Ming Chia yang disebut
juga ”sekolah dialektik”, dapat dibandingkan dengan aliran sofisme dan filsafat
yunani.ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajam
perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika
dan tata bahasa. Selain itu, dalam Ming Chia juga terdapat khayalan tentang
hal-hal seperti ”eksistensi”, ”relativitas”, ”ruang”, dan ”waktu”.
ü Fa
Chia
Fa Chia atau ”sekolah hukum” cukup berbeda dari
semua aliran klasik lain. Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga,
atau dunia, melainkan tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia
mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus di mulai dari contoh baik yang
diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan ari suatu sistem
undang-undang yang keras sekali.
Tentang keenam sekolah klasik tersebut
kadang-kadang dikatakan bahwa mereka berasal dari keenam golongan dalam
masyarakat china.konfusianisme, katanya berasal dari kaum ilmuwan, Taoisme dari
rahib-rahib, ajaran yin-yang dari okultisme (dari ahli-ahli magi0, moisme
berasal dari kasta ksatria, Ming Chia dari para pendebat, dan Fa Chia dari
ajli-ahli politik.
Þ Zaman neo-taoisme
dan Buddhisme
Bersama dengan perkembangan
Buddhisme di china, konsep Tao mendapat arti baru. Tao sekarang dibandingkan
dengan Nirwana dari ajaran Buddha, yaitu ”trasendensi di seberang segalah nama
dan konsep’, di seberang adanya”
Þ Zaman
Neo-konfusianisme
Dari tahun 1000 M konfusianisme
klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting. Buddhisme ternyata memuat
unsur-unsur yang bertentangan engan corak berpikir china. Kepentingan unia ini,
kepentingan kehidupan keluarga, an kemakmuran material, yang merupakan
nilai-nilai tradisional di china, sama sekali di lalaikan, bahkan di sangkal,
dalam Buhisme, sehingga ajaran ini oleh orang di alami sebagai sesuatu yang
sama sekali asing.
Þ Zaman modern
Sejarah moern mulai i hian
sekitar tahun 1900. filsafat alam periode ini memperlihatkan tiga tendensi. Paa
awal permulaan abad ke dua puluh, pengaruh filsafat barat cukup besar. Banyak
tulisan pemikir-pemikir barat diterjemahkan ke dalam bahasa china. Aliran
filsafat barat yang paling populer di hina aalah pragmatisme, suatu jenis
aliran filsafat yang lahir di amerika serikat. Setelah pengaruh barat ini,
mulailah suatu reaksi yaitu kecenrungan untuk kembali ke traisi-tradisi
pribumi. Akhirnya, terutama sejak tahun 1950, filsafat hina di kuasai pemikiran
Marx, lenin, an Mao tse Tung.
Ada tiga tema sepanjang sejarah
di pentingkan dalam filsafat china : harmoni, toleransi, an perikemanusiaan.
Harmoni antara manusia dan sesama, antara manusia dengan alam, antara manusia
dengan surga. Selalu di cari keseimbangan, suatu jalan tengah ari emas antara
dua ekstrem. Toleransi kelihatan dalam keterbukaan trhadap pendapat-pendapat
yang sama sekali berbeda dari pendapat-penapat pribadi, suatu sikap perdamaian
yang memungkinkan suatu pluriformitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama.
Perikemanusiaan, karena selalu manusia lah yang merupakan pusat filsafat china,
manusia yang pada hakikatnya baik dan yang harus menari kebahagiaannyadi unia
ini dengan memperkembangkan dsirinya sendiri dalam intraksi dsengan alam dan
dsengan sesama.
C. FILSAFAT
BARAT
Dalam sejarah filsafat barat
sdibedakan empat priodse besar yaitu :
Zaman Kuno
(600 SM-400M)
|
|
Zaman Patristik dan Skolastik
(400 – 1500)
|
|
Zaman Modern
(1500 – 1800)
|
|
Zaman Sekarang
(setelah 1800)
|
|
A. ZAMAN KUNO
v Permulaan
Sejarah filsafat barat mulai sdi Milete, sdi asia
kecil, sekitar tahun 600 SM. Pada waktu itu Milete merupkan kota yang penting,
dimana banyak jalur perdagangan bertemu dari mesir, itali, yunani, dan asia.
Juga banyak ide bertemu disini, sehingga Milete juga menjadi suatu pusat
intelektual. Pemikikr-pemikir besar di Milete lebih-lebih mewnyibukan sdiri
sdwengan filsafat alam. Mereka mwencari suatu unsur induk (arche) yang dapat di
anggap sebagai asal segalah sesuatu. Menurut Thales (±600), air lah tang
merupakan unsur induk ini. Menurut Anaximander (±610-540 SM), segalah sesuatu
berasal sdari “yang tak twerbatas”, sdan mwenurut Anaximwenwes (±585-525 SM)
udara lah yang merupakn unsur induk segalah sesuatu. Phytagoras (±500SM), yang
mengajar di italia selatan, adalah orang pertama yang menamai diri ”filsuf”. Ia
mwemimpin suatu sekolah filsafat yang kelihatannya sebagai suatu biara dibawah
perlinsdungan dari dewa apollo. Sekolah Phytagoras sangat penting untuk
perkembangan matematika. Ajaran filsafatnya mengatakan antara lain bahwa
segalah sesuatu terdiri dari ”bilangan-bilangan” : struktur dasar kenyataan
adalah ritme.
Dua nama lain yang penting dari periode ini adalah
Herakleitos (±500 SM) dan Parmenides
(515-440 SM). Herakleitos mengajarkan bahwa segalah sesuatu mengalir (panta
rhei) : berubah terus menerus seperti air dalam sungai. Parmenisdes mengajarkan
bahwa kenyataan justru tidak berubah, segalah sesuatu yang betul-betul ada, itu
kesatuan mutlak yang abadi dan tak terbagikan.
v Puncak Zaman Klasik
Puncak filsafat yunani dicapai pada Sokrates, Plato
dan Aristoteles. Sokrates (470-400), guru Plato, mengajarkan bahwa akal budi
harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak
menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat di ketahui melalui
tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir yunani lain, terutama melalui karya
Plato. Plato (428-348 SM) menggambarkan Sokrates sebagai seorang alim yang
mengajarkan bagaimana manusia dapat menjadi bahagia berkat pengetahuan tentang
apa yang baik.
Plato sensdiri mwenentukan, bersama Aristoteles,
sebagian besar dari seluruh sejarah filsafat barat selama lebih dari dua ribuh
tahun. Dunia yang kelihatan menurut plato hanya merupakn bayangan dari dunia
yang sungguh-sungguh, yaitu dunia ide-ide yang abadi. Jiwa di dunia ini
terkurung dalam tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk
kembali ke ”surga ide-ide”. Kalau jiwa ”menetahui” sesuatu, pengetahuan ini
memang bersifat ”ingatan”. Jiwa pernah berdiam dalam kebenaran dunia ide-ide,
dan oleh karena itu pengetahuan mungkin (sebagai ”mengingat”).
Filsafat plato merupakan perdamaian ajaran
Parmenides dan ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide-ide segalah sesuatu abadi,
dalam dunia yang kelihatan, dunia kita yang tidak sempurna,segalah sesuatu
mengalamu perubahan. Filsafat Plato, yang lebih bersifat khayal dari pada suatu
sistem pengetahuan, sangat dalam dan luas dan meliputi logika, epistemologi,
antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam, dan estetika.
Aristoteles (384-322 SM), pendidik iskandar agung,
adalah murid Plato. Tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato.
Ide-ide, menurut Aristoteles, tidak terletak dalam suatu surga diatas dunia
ini, melainkan didalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur
yang tidak terpisahkan, yaitu materi (hyle) dan bentuk (morfe). Bentuk-bentuk
dapat di bandingkan dengan ide-ide dari Plato.tetapi pada Aristoteleside-ide
ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak
ada. Bentuk-bentuk ”bertindak” didalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan
pada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Filsafat Aristoteles
sangat sistematis. Sumbangannya kepada ilmu pengetahuan sangat besar sekali.
Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika,
psikologi, dan ilmu alam.
v Hellnisme
Iskandar Agung mendirikan kerajaan araksasa, dari
india barat sampai yunani dan mesir. Kebudayaan yunani yabg membanjiri kerajaan
ini disebut Hellenisme (dari kata Hellas ”yunani”). Hellenisme, yang masih
berlangsung juga selama kerajaan romawi, mempunyai pusat intelektualnya di tiga
kota besar : Athena, Alexandria (mesir) dan Anthiokia (Syria). Tiga aliran
filsafat yang menonjol dalam zaman Hellenisme, yaitu : Stoisisme, Epikurisme,
dan Neo-platonisme.
Stoisisme (diajarkan antara lain oleh Zeno dari
Kition, 333-262 SM) terutama terkenal karena etikanya. Etika stoisisme
mengajarkan bahwa manusia menjadi berbahagia kalau ia bertindak sesuai dengan
akal budinya. Kebahagiaan itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertidak
secara rasional, kalau ia tidak di kuasai oleh perasaan-perasaannya, maka ia
bebas berkat ketenangan batin yang oleh stoisisme disebut apatheia.
Epikurisme (dari Epikuros, 341-270 SM) juga
terkenal karena etikanya. Epikurisme mengajarkan bahwa manusia harus mencari
kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal selalu sekadarnya : ”kita
harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”.
Manusia harus bijaksana. Ia harus puas dengan menikmati hal-hal yang kecil dan
sederhana. Dengan cara ini ia akan mencapai kebebasan batin.
Neo-platonisme, seorang filsuf mesir, Plotinos
(205-270 M), mengajarkan suatu filsafat yang sebagian besar berdasarkan Plato
dan yang kelihatan sebagai suatu agama. Neo-platonisme ini mengatakan bahwa
seluruh kenyataan ini merupakan suatu proses emansi (pancaran, percikan) yang
berasal dari Yang Esa dan yang kembali ke Yang Esa, berkat eros, kerinduan
untuk kembali ke asal ilahi dari segalah sesuatu.
B. ZAMAN PATRISTIK DAN SKOLASTIK
Pada akhir zaman kuno dan selama abad pertengahan
filsafat barat di kuasai oleh pemikiran kristiani. Filsafat kristiani ini
mencapai dua kali periode keemasan, yaitu dalam Patristik dan Skolastik. Juga
sejumlah pemikie islam dan yahudi berperan besar dalam filsafat abad
pertengahan, terutama dalam periode yang mempersiapkan Skolastik, yaitu antara
sekitar 900 dan 1200.
v Zaman Patristik
Patristik (latin :Patres : bapa-bapa gereja) dibagi
atas patristik yunani(atau patristik timur) dan patristik latin (patristik
barat). Tokoh-tokoh dari Patristik yunani antara lain Clemens dari Alexandria
(150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (335-390), Blasius
(330-379), Gregorius dari Nizza (335-3940, dan Dionysios (±500). Tokoh-tokoh
Patristik latin antara lain terutama Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397),
Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430).
Ajaran falsafi –trologis dari bapa-bapa gereja
menunjukan pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman
sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasilmembela
ajaran kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir. Tulisan-tulisan
bapa-bapa gereja merupakan suatu sumber kaya dan luas yang sekarang masih tetap
memberi inspirasi baru.
v Zaman Skolastik
Sekitar tahun 1000 peranan Plotinos di ambil alih
oleh Aristoteles. Aristoteles menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf
islam dan yahudi, terutama melalui Avvicenna (Ibn Sina, 980-1204), Averros (Ibn
Rushd, 1226-11980) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles lama
kelamaan menjadi sangat besar sehingga ia disebut sang filsuf, sedangkan
Averros, yang terkenal sebagai filsuf yang menafsirkan Aristoteles, disebut
sang komentator.
Pertemuan pemikiran Aristoteles dan imam kristiani
menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka sevbagian besar berasal dari kedua
ordo baru yang lahir pada abad pertengahan, yaitu para Dominikan dan
Fransiskan.
Filsafat mereka disebut ”Skolastik” (latin :
scholasticus : guru) karena dalam periode ini filsafat di ajarkan dalam
sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang
tetap dan yang bersifat internasional. Tokoh-tokoh dari skolastik antara lain :
Albertus Magnus, O.P (1200-1280), Thomas Aquino, O.P (1225-1274), Bonaventura
O.F.M (1217-1274), dan Yohanes Duns Scotus, O.F.M (1266-1308). Tema –tema pokok
dari ajaran mereka adalah hubungan antara iman dan akal budi, adanya dan
hakikat Tuhan, antropologi, etika, dan politik. Ajaran Skolastik dengan sangat
bagus di ungkapkan dalam puisi Dante Alighieri (1265-1321)
C. ZAMAN MODERN
v Renaisans
Jembatan antara abad pertengahan dan zaman Modern,
periode antara sekitar 1400 dan 1600, disebut ”Renaisans” (zaman ”kelahiran
kembali”). Dalam zaman renaisans kebudayaan klasik di hidupkan kembali.
Kesusasteraan, seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dsalam warisan
Yunani-Romawi. Filsuf-filsuf
terpenting dari zaman ini antara lain N. Macchievelli (1469-1527), Th. Hobbes
(1588-1679), Th. More (1478-1535), dan Fr. Bacon (1561-1626).
Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat
renaisans adalah ”antroposentrisme”-nya. Pusat perhatian pemikiran tidak lagi
kosmos, seperti pada zaman kuno, atau Tuhan, seperti dalam abad pertengahan,
melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang di anggap sebagai titik fokus
dari kenyataan.
v Zaman Barok
Filsuf-filsuf dari zaman Barok antara lain R.
Descartes (1596-1650), B. Spinoza (1632-1677), dan G. Leibniz (1646-1710).
Filsuf-filsuf ini menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi (ratio) manusia.
Mereka semua juga ahli dalam bidang matematika, dan mereka semua menyusun suatu
sistem filsafat dengan menggunakan metode matematika.
v Fajar Budi
Abad kedelapan belas memperlihatkan perkembangan
baru lagi. Setelah reformasi , setelah renaisans, dan setelah rasionalisme dari
zaman barok,, manusia sekarang dianggap ”dewasa”. Periode ini dari sejarah
barat disebut Zaman Pencerahan atau fajar budi (dalam bahasa inggris :
Enlightenment, dalam bahasa jerman : Aufklarung). Filsuf-filsuf besar dari
zaman ini di inggris adalah empirikus-empirikus seperti J. Lock (1632-1704), G.
Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776). Di perancis J.J. Rousseau
(1712-1778), dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804), yang menciptakan suatu
sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang di anggap sebagai filsuf
terpenting dari zaman modern.
v Romantik
Filsuf-filsuf besar romantik lebih-lebih berasal
dari jerman, yaitu J. Fichte (1762-1814), F. Scheling (1775-1854), dan G. Hegel
(1770-1831). Aliran yang diwakili ketiga filsuf ini disebut idealisme. Dengan
”idealisme” disini dimaksudkan bahwa mereka memprioritaskan ide-ide, berlawanan
dengan materialisme yang memprioritaskan dunia material. Yang terpenting dari
para idelis itu adalah Hegel. Banyak aliran filsafat dari abad 19 dan abad 20
harus di anggap sebagai lanjutan dari filsafat Hegel, atau justru sebagai
reaksi terhadap filsafat Hegel.
D. ZAMAN SEKARANG
Dalam abad ke 17 dan 18, sejarah
filsafat barat mwemperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang mempertahankan
diri lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu rasionalisme, empirisme, dan
idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat dalam abad ke 19 dan 20 kelihatan
terpecah pecah. Macam-macam aliran baru muncul, dan aliran-aliran ini sering
terikat hanya pada satu negara atau suatu lingkungan bahasa.
Macam-macam aliran yang baru
muncul itu antara lain sebagai berikut :
v Positivisme
Positivisme mulai dari filsuf A. Comte (1798-1857).
Comte (sosiolog pertama) mengatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran
setiap ilmu, dan pemikiran setiap suku bangsa pada umumnya melewati tiga tahap,
yaitu : tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap positif ilmiah. Manusia yang
masih muda, atau suku-suku yang primitif, membutuhkan dewa-dewa untuk
menerangkan gejalah-gejalah. Para remaja, atau suku-suku yang sudah mulai
dewasa, memakai prinsip-prinsip abstraksi-metafisis untuk menerangkan
kenyataan. Orang dewasa, manusia masa kini, hanya memakai metode-metode
positif-ilmiah.
Positivisme (lawan sdari khayalan metafisis)
menjadsi terutama populer sdi inggris padsa filsuf-filsuf seperti Sturt Mill
(1806-1873) dan H. Spencer (1820-1903).
Dalam abad ke 20 positivisme di perbaharui dalam
neo-positivisme, suatu aliran yang mempunyai asalnya di Wina. Oleh karena itu,
filsuf-filsuf dari aliran ini di sebut anggota-anggota dari Lingkaran Wina.
v Marxisme
Marxisme mengajarkan, sebagai materialisme
dialektis, bahwa kenyataan kita akhirnya hanya terdiri dari materi, yang
berkembang melalui suatu proses dialektis (yaitu ritme
tesis-antitesis-sintesis). Tokoh-tokoh materialisme dialektis terutama Karl
Marx (1818-1883) dan F. Engals (1820-1895). Marxisme lebih dari pada suatu
sistem filsafat. Filsafat, kata Marx, hanya memberi interprestasi-interprestasi
dari dunia dan sejarah. Yang sdi butuhkan bukan interpretasi, melainkan
perubahan. Filsafat harus menjadi praksis : merumuskan suatu idologi, suatu
strategi untuk mengubah dunia.
v Eksistensialisme
Eksistensialisme di persiapkan dalam abad ke 19
oleh S. Kierkegaard (1813-1855) dan F. Nietzche (1844-1900). Sdalam abasd ke 20
eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf-filsuf
paling besar dari eksistensialisme dalam abad ini adalah K. Jaspers
(1883-1969), M. Heidegger (1889-1976), J.P. Sartre (1905-1980), G. Marcel
(1889-1973), sdan M. Merleau-Ponty (1908-1961).
Eksistensialisme merupakan nama untuk macam-macam
jenis filsafat. Semua jenis ini mempunyai inti yang sama, yaitu keyakinan bahwa
filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia yang konkret, dan
tidak pada hakikat (esensi)manusia pada umumnya. ”manusia pada umumnya” sama
sekali tidak ada. Yang ada hanya orang ini dan orang itu. esensi seseorang di
tentukan selama eksistensinya di dunia ini.
Nama ”eksistensialisme” memang hanya di senangi
oleh J.P. Sartre. Filsuf-filsuf lain dari aliran ini lebih senang disebut
”filsuf-eksistensi”.
v Fenomenologi
Esistensialisme berhubungan erat dengan
fenomenologi. Fenomenologi lebih suatu metode falsafi daripada suatu ajaran.
Metode fenomenologi berasal dari E. Husserl (1859-1938) dan kemudian si
kembangkan oleh antara lain M. Scheler (1874-1928) dan M. Merleau-ponty. Fenomenologi
mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejalah-gejalah dengan intuisi.
Kenyataan tidak harus di dekati dengan argumen-argumen, konsep-konsep, dan
teori-teori umum.setiap benda mwempunyai hakikatnya, dan hakikat ini berbicara
kepada kita kalau kita membuka diri untuknya. Kita harus ”mengabstrahirkan”
dari semua hal yang tidak hakiki. Kalau segalah sesuatu yang tidak hakiki sudah
di lepaskan, lalu gejalah sendiri yang hendak kita selidiki pun mulai
berbicara, dan ”bahasa” ini di mengerti berkat intuisi kita.
Metodse fenomenologi telah membuktikan manfaatnya
untuk epistemologi, psikologi, antropologi, studi agama-agama, dan etika.
v Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di
amerika serikat sekitar tahun 1900. tokoh-tokoh terpenting dari pragmatis
antara lain Ch. S.Peirce (1893-1914), W. James (18422-1914), dan J.Dewey
(1859-1914). Pragmatisme mengajarkan bahwa ide-ide tidak benar atau salah,
melainkan bahwa isde-isde di jadikan benar. Oleh suatu tindakan tertentu.
Seperti kita mengenal sebatang pohon dari buah-buahnya, demikian juga kita
mengenal suatu teori atau konsep dari konsuekuensi-konsekuensinya. Kalau semua
akibat dari suatu teori itu baik, lalu kita boleh menarik kesimpulan bahwa
teori itu baik, karena teori itu berguna. Menurut pragmatisme, tidak harus
ditanyakan ”apa itu”, melainkan ”apa gunanya” atau ”untuk apa”?.
v Neo-tomisme sdan Neo-kantianisme
Sejumlah aliran filsafat dari periode-periode
terdahulu mengalami suatu kelahiran kembali dalam masa sekarang, yaitu
skolastik, filsafat Kant, dan filsafat Hegel. Yang terpenting dari
filsafat-filsafat ”neo” ini adalah neo-kantianisme dan neo-tomisme.
Neo-kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran ini di
anggap sebagai epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh terpenting
dari Neo-kantianisme antara lain E. Casserer (1874-1945), H. Rickert
(1863-1936) dan H. Vaihinger (1852-1933).
Neo-tomisme berkembang di dunia katolik di banyak
negara di eropa dan amerika. Neo-tomisme mula-mula agak konservatif, tetapi
berkat dialognya dengan filsafat Kant, dengan eksistensialisme dan ilmu
pengetahuan modern, menjadi suatu aliran yang penting dan berpengaruh.
Tokoh-tokoh dari neo-tomisme antara lain J.Marechal (1878-1944), A.Sertillanges
O.P (1863-1948) dan J.Maritain (1882-1973).
v Aliran-aliran paling baru
Pada sekarang ini ada dua aliran filsafat yang
mempunyai peranan besar, tetapi yang belum dapat dianggap sebagai aliran yang
“membuat sejarah”, karena masih terlalu muda. Kedua aliran ini adalah filsafat
analitis san strukturalisme.
Filsafat analitis merupakan aliran terpenting di
inggris dan amerika serikat sejak sekitar tahun 1950. filsafat analitis (yang
juga disebut analitic philosophy dan linguistic philosophy) menyibukan diri
dengan analitis bahasa dan analisis konsep-konsep.analisis ini di anggap
sebagai ”terapi” : menurut filsuf-filsuf analitis banyak soal falsafi (dan juga
soal teologis dan ilmiah) dapat ”sembuh” kalau, berkat analisis bahasa, bisa di
tunjukan bahwa soal-soal lain hanya diciptakan oleh pemakaian yang tidak sehat
dari bahasa. Filsafat analitis sangat di pengaruhi oleh L.Wittgenstein
(1889-1951).
Strukturalisme berkembang di Perancis, lebih-lebih
sejak tahun 1960. strukturalisme merupakan suatu sekolah dalam filsafat,
linguistik, psikiatri, fenomenologi, agama, ekonomi, dan politikologi.
Strukturalisme menyelidiki patterns
(pola-pola dasar yang tetap) dalam bahasa-bahasa, agama-agama, sistem-sistem
ekonomi dan politik dan dalam karya kesusasteraan. Tokoh-tokoh terkenal dari strukturaslisme
antara lain Cl. Levi-Strauss, J. Lacan, dan M. Foucault.
Sosok Ibrahimovic Dimata Chiellini Baca Berinya Disini!!!
BalasHapus