Latar belakang
1.
Pembunuhan Pangeran Austria Franz Ferdinand oleh kelompok teroris Serbia,
Gavrilo Princip di Sarajevo.
2. Persaingan merebut daerah sumber bahan baku, penanaman modal, dan daerah pemasaran. 3. Munculnya persekutuan / Blok persaingan politik antar negara-negara Eropa : Triple Alliance : Jerman, Austria, Italia Triple Entente : Inggris, Perancis, Uni Soviet Jalannya perang Pihak-Pihak yang terlibat Perang : Blok Sentral : Jerman, Turki, Bulgaria, Austria-Hongaria Blok Sekutu : Perancis, Rusia, Inggris, Italia, Amerika Serikat, Serbia, Belgia, Rumania, Yunani, Portugal, Jepang, Kanada, Selandia Baru, Australia, Arab, dll. (Semua berjumlah 23 negara)
Perang
Dunia I (disingkat PDI atau PD1; juga dinamakan Perang Dunia Pertama,
Perang Besar, Perang Negara-Negara, dan Perang untuk Mengakhiri Semua
Perang) adalah sebuah konflik dunia yang berlangsung dari 1914 hingga
1918. Lebih dari 40 juta orang tewas, termasuk sekitar 20 juta kematian
militer dan sipil.
Perang ini
dimulai setelah Pangeran Franz
Ferdinand dari Austria-Hongaria (sekarang Austria) dibunuh anggota
kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip di Sarajevo. Tidak pernah terjadi
sebelumnya konflik sebesar ini, baik dari jumlah tentara yang dikerahkan dan
dilibatkan, maupun jumlah korbannya. Senjata kimia digunakan untuk pertama
kalinya, pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari
pembunuhan massal berskala besar pertama abad ini berlangsung saat perang
ini. Empat dinasti, Habsburg, Romanov, Ottoman dan Hohenzollern, yang mempunyai
akar kekuasaan hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang.
Perang
Dunia I menjadi saat pecahnya orde dunia lama, menandai berakhirnya monarki
absolutisme di Eropa. Ia juga menjadi pemicu Revolusi Rusia, yang akan
menginspirasi revolusi lainnya di negara lainnya seperti Tiongkok dan Kuba,
dan akan menjadi basis bagi Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika
Serikat. Kekalahan Jerman dalam perang ini dan kegagalan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang masih menggantung yang telah menjadi sebab terjadinya
Perang Dunia I akan menjadi dasar kebangkitan Nazi, dan dengan itu pecahnya
Perang Dunia II pada 1939. Ia juga menjadi dasar bagi peperangan bentuk baru
yang sangat bergantung kepada teknologi, dan akan melibatkan non-militer
dalam perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perang
Dunia menjadi terkenal dengan peperangan parit perlindungannya, di mana
sejumlah besar tentara dibatasi geraknya di parit-parit perlindungan dan
hanya bisa bergerak sedikit karena pertahanan yang ketat. Ini terjadi
khususnya terhadap Front Barat. Lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan
perang, dan hampir sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat
kekurangan makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak
sengaja dalam suatu pertempuran.
Perang
parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun
berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini.
Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman
terus-menerus dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan
ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka yang telah tewas terpaksa dibiarkan
di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di samping mayat-mayat
tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur.
Lebih dari
20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang
mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana.
Dalam
beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis
barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu.
Para
serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya
beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan
sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih
banyak.
Di awal
tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat.
Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap
sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan
perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak Tentara Prancis
sehingga melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn
memperkirakan bahwa setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang
serdadu Prancis.
Serangan
dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan
serdadunya untuk "keluar dari parit
mereka,"
namun tiap serdadu yang melakukannya justru telah tewas atau sekarat dalam
sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan berlangsung tanpa henti selama
berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun.
Secara
keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan
pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu
juta orang mati demi selusin kilometer.
Inggris
membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-pabrik di
Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam.
Rencana
Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan
pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan
infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama
saja dan kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu
minggu.
Serangan
dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan
Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira
Inggris memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama
pengeboman tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman
parit persembunyian mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan
rencana Inggris. Begitu serdadu Inggris bergerak melintasi garis depan,
serdadu Jerman muncul menyerang mereka dengan senapan mesinnya. Sejumlah
total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang
tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis
pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka,
yang mencoba merangkak mundur.
Pertempuran
Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral Haig,
melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para
jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka
menuju kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak
secara keseluruhan telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis
depan bergeser hanya 11 kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11
kilometer saja.
Kedua
belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan
setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia
saja, berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di
pertempuran ketiga saja.
Akhir perang
Kekalahan Jerman di Front Barat mengakibatkan kehidupan rakyat semakin bertambah susah. Keadaan Jerman seperti ini menimbulkan gerakan dari kaum komunis (spartacis) yang hendak menggulingkan pemerintahan. Jerman menghadapi serangan dua kali yaitu dari pihak sekutu dan pemberontakan dari kaum komunis. Karena serangan itu Jerman terpaksa menyerah pada tahun 1918. Hitler menamakan gerakan spartacis itu sebagai tusukan pisau dari belakang punggung Jerman, yang menyebabkan Kaisar Wilhelm II turun takhta dan pemerintahan dipegang oleh Elbert (beraliran sosialis). Akhirnya, Jerman dijadikan republik dan selanjutnya menyerah kepada pihak sekutu. Sementara itu di Austria timbul pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kaum komunis dan kaum Slavia, yang mengakibatkan Kaisar Karl (pengganti Kaisar Frans Joseph II) terpaksa turun takhta tahun 1918 sehingga Austria-Hongaria menjadi republik. Setelah Perang Dunia I berakhir, baik negara-negara yang menang perang maupun yang kalah perang sibuk mengadakan perjanjian-perjanjian damai seperti : Perjanjian Versailles, Perjanjian St.Germain, Perjanjian Neuilly, Perjanjian Trianon, dan Perjanjian Sevres.
Sumber /
Source :
|
Rabu, 20 Juni 2012
PERANG DUNIA 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
perang dunia 1 didominasi oleh perang infanteri
BalasHapus